MAKALAH
OSEANOGRAFI
Oleh :
Nama :
Rio Rizky Kurniawan
Nim :
1710714210028
Dosen Pengampu :
Baharuddin, S. Kel, M. Si
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN
KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
2019
Kata Oseanografi di dalam Bahasa Indonesia adalah terjemahan dari kata
Bahasa Inggris Oceanography, yang merupakan
kata majemuk
yang berasal
dari kata ocean dan graphy dari Bahasa Yunani atau graphein dari Bahasa Latin yang berarti menulis. Jadi, menurut arti katanya, Oseanografi berarti
menulis tentang laut. Oceanography: Graphos: ‘the description of’, Ocean (lautan).
Selain Oseanografi kita juga sering mendengar kata Oseanologi. Kata Oseanologi di
dalam Bahasa Indonesia adalah terjemahan dari kata Bahasa Inggris Oceanology, yang juga merupakan kata
majemuk yang berasal dari kata ocean
dan logia dari Bahasa Yunani atau legein dari Bahasa Latin yang berarti berbicara.
Dengan demikian, menurut arti katanya, Oseanologi berarti berbicara tentang
laut. Oceanography adalah ilmu yang
mempelajari laut dalam segala aspek dengan penekanan laut sebagai suatu
lingkungan.
Secara
sederhana, oseanografi dapat disebutkan sebagai aplikasi semua ilmu (science) terhadap fenomena laut
(Ross, 1977). Definisi tersebut menunjukkan bahwa oseanografi bukanlah suatu
ilmu tunggal, melainkan kombinasi berbagai ilmu. Untuk mempermudah mempelajari
laut, para ahli oseanografi secara umum membagi oseanografi menjadi lima
kelompok, yaitu:
1.
Oseanografi
fisika (physical oceanography):
Mempelajari segala sesuatu tentang fenomena
dan proses-proses fisika di laut. Hal-hal yang menjadi obyek studinya misalnya tentang arus-arus laut,
pasang, gelombang; tentang penyebaran dan perambatan cahaya dan suara didalam
laut dan tentang sifat-sifat fisika air laut seperti suhu, densitas, tekanan,
kejernihan, titik beku, tekanan osmosa, daya hantar listrik dan banyak lagi
sifat-sifat fisika lainnya dan interaksi udara (atmosfer) dan laut (hidrosfer).
2.
Oseanografi
kimia (chemical oceanography)
Mempelajari segala sesuatu tentang zat-zat
yang terkandung didalam air laut. Hal-hal yang dipelajari misalnya tentang
jenis-jenis zat apa saja yang ada dilaut, tentang asal-usul pembentukannya,
proses reaksi yang terjadi, dan faktor-faktor yang menguasai atau mempengaruhi
penyebaran zat-zat tersebut baik di samudera dan di dasar laut.
3.
Oseanografi
biologi (biological oceanography)
Mempelajari tipe-tipe kehidupan di laut, distribusinya,
saling keterkaitannya, dan aspek lingkungan dari kehidupan di laut itu.
4.
Oseanografi
geologi (geological oceanography)
Mempelajari konfigurasi cekungan laut, asal
usul cekungan laut, sifat batuan dan mineral yang dijumpai di dasar laut, dan berbagai
proses geologi di laut. Kata lain untuk menyebutkan oseanografi geologi adalah
geologi laut (marine geology).
5.
Oseanografi
meteorology (meteorological oceanography)
Mempelajari fenomena atmosfer di atas samudera, pengaruhnya terhadap
perairan dangkal dan dalam, dan pengaruh permukaan samudea terhadap proses-
proses atmosfer.
Pada
artikel kali ini penulis akan lebih menjabarkan mengenai sumber-sumber alam
yang ada di laut, sebagai berikut:
1.
Energi
Laut
Potensi energi kelautan yang bersifat exhaustive (tak pernah habis), seperti angin, gelombang, panas bumi dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) dapat digunakan sebagai
energi
pembangkit listrik. Energi laut yang dihasilkan dari gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut
(samudera) merupakan sumber energi di perairan laut yang berupa energi
pasang surut, energi gelombang, energi arus laut, dan energi perbedaan suhu lapisan laut.
Pada zaman
modern saat ini dikenal istilah energi terbarukan yang
diperoleh dari laut. Energi terbarukan tersebut
berasal dari aspek fisika air laut
seperti gelombang, arus dan panas air laut. juga berasal dari aspek biologi berupa makroalga dan mikroalga. Menurut Putra (2016) Asosiasi Energi Laut Indonesia (Aseli) melansir temuan data
peta potensi energi laut pada 2011. Pemetaan
dilakukan pada 17 titik
lokasi untuk energi panas laut, 23 titik
lokasi energi gelombang laut, dan 10 titik lokasi energi arus laut.
Energi terbarukan tersebut
dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik
dalam kapasitas yang sangat besar.
Energi terbarukan dari laut menurut Nattasya (2015) selain pemanfaatan energi laut lewat arus, ombak dan panas laut, organisme laut
pun
sangat potensial dimanfaatkan sebagai sumber energi baru
dan terbarukan. Salah satunya adalah makroalga
(rumput laut) dan mikroalga (alga/ganggang), keduanya bisa
diekstrak menjadi biofuel.
2.
Arus
Pasang Surut
Perkembangan
teknologi pemanfaatan energi samudera khususnya arus
laut sebagai energi baru terbarukan
di
dunia saat ini berkembang dengan pesat, seiring dengan meningkatnya tuntutan akan kebutuhan energi listrik masyarakat kawasan pesisir serta semakin maraknya issu pemanasan global yang
mendorong untuk membatasi
penggunaan bahan bakar hidrokarbon.
Prinsip yang dikembangkan pada aplikasi teknologi pemanfaatan energi dari laut adalah melalui konversi tenaga kinetik masa air laut
menjadi tenaga listrik. Tercatat beberapa negara telah berhasil melakukan
instalasi pembangkit energi listrik dengan memanfaatkan energi
arus dan pasang
surut, mulai dari
prototype turbin pembangkit hingga mencapai turbin
skala komersial dengan kapasitas 1,2 MW/turbin, seperti yang telah
dibangun di
Skotlandia,
Swedia, Perancis, Norwegia, Inggris, Irlandia
Utara,
Australia, Italia, Korea
Selatan dan Amerika Serikat.
Arus pasang-surut terkuat yang
tercatat di
Indonesia adalah di
Selat antara Pulau Taliabu dan Pulau Mangole di Kepulauan Sula, Propinsi Maluku
Utara,
mencapai kecepatan 5,0 m/detik, namun durasinya hanya mencapai
2-3 jam per hari. Berbeda dengan energi gelombang laut yang hanya terjadi pada kolom air
di
lapisan permukaan saja, arus laut bisa terjadi sampai pada lapisan
yang lebih
dalam dan bahkan sampai ke dasar laut. Kelebihan karakter fisik arus laut ini memberikan peluang yang lebih optimal dalam pemanfaatan konversi energi kinetic menjadi energi listrik.
Pada dasarnya, arus laut merupakan gerakan horizontal massa air laut, sehingga arus laut memiliki energi kinetik
yang dapat digunakan sebagai tenaga penggerak rotor atau turbin
pembangkit listrik. Selain itu, arus laut ini juga menarik untuk dikembangkan
sebagai pembangkit listrik karena sifatnya yang
relatif stabil, periodik dan dapat
diprediksi pola atau karakteristiknya.
Pengembangan teknologi ekstraksi energi arus laut lazimnya dilakukan dengan mengadopsi prinsip teknologi energi angin
yang telah lebih dulu
berkembang, yaitu dengan mengubah energi kinetik
arus laut menjadi energi
rotasi dan energi listrik. Daya yang dihasilkan oleh turbin arus laut
jauh lebih besar dari pada daya yang dihasilkan
oleh turbin angin, karena rapat massa air laut hampir 800 kali rapat massa udara. Saat laut pasang dan saat laut surut aliran airnya dapat menggerakkan
turbin
untuk membangkitkan listrik.
3.
Gelombang
Laut
Gelombang laut
merupakan
salah satu bentuk
energi yang bisa dimanfaatkan dengan mengetahui tinggi gelombang, panjang gelombang, dan periode waktunya. Ada 3 cara untuk menangkap energi gelombang, yaitu:
1. Pelampung
listrik
dibangkitkan
dari gerakan
vertikal dan
rotasional pelambung.
2. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column): listrik dibangkitkan
dari naik
turunnya air akibat gelombang dalam sebuah
pipa silindris yang
berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan
mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan menggerakkan turbin.
3. Wave Surge. Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal yang dibangun di pantai
untuk mengkonsentrasikan gelombang,
membawanya ke
dalam kolam
penampung yang ditinggikan.
Air
yang mengalir
keluar
dari kolam penampung
ini
yang digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi
standar hydropower.
Energi ini dapat dikonversi
ke listrik lewat 2 kategori
yaitu
a. off-shore (lepas pantai)
dan
b. on-shore (pantai).
4.
Angin
Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit
Listrik
Tenaga Angin mengkonversikan energi angin
menjadi energi listrik
dengan
menggunakan turbin angin
atau kincir angin. Cara kerjanya cukup
sederhana, energi angin yang memutar turbin
angin, diteruskan untuk
memutar
rotor pada
generator dibagian belakang turbin
angin,
sehingga akan
menghasilkan
energi listrik.
Sumber-Sumber Alam Laut
juga perlu dilakukan pengelolaan dengan berbagai macam tindakan dan dasar hukum
yang mengaturnya, antara lain:
1.
Dasar
Hukum
Undang-Undang No 1 Tahun
2014 merupakan payung hukum untuk mengatur pemanfaatan laut secara komprehensif dan terintegrasi. Kehadiran Undang-Undang No 1 Tahun 2014 ini semakin mempertegas keterpaduan kebijakan dan peraturan yang ada. Kewenangan
Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) yang
sebelumnya diatur
juga dalam
Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2007
tentang
Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil,
disempurnakan melalui Undang-Undang
No 1 Tahun 2014.
Wilayah pesisir, laut
dan
pulau-pulau kecil sendiri pada dasarnya merupakan wilayah yang terbuka untuk semua kepentingan, sektoral dan publik. Sehingga
dapat dipastikan terdapat kegiatan-kegiatan yang menjadi wewenang dari Kementerian/Lembaga lain yang akan
beririsan dengan KKP. Kegiatan-
kegiatan
ini sesuai dengan Pasal 19 Undang-Undang No 1 Tahun
2014 adalah Produksi Garam,
Biofarmakologi Laut, Bioteknologi Laut, Pemanfaatan Air Laut selain
Energi, Wisata Bahari, Pemasangan Pipa Bawah Laut dan Kabel Bawah
Laut, Pengangkatan
Benda Muatan
Kapal Tenggelam; dan juga dalam Pasal 23
ayat 2 Undang-Undang No 1 Tahun 2014 yaitu Konservasi, Pendidikan dan Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan, Budidaya Laut, Pariwisata, Usaha Perikanan dan Kelautan serta Industri Perikanan
secara lestari, Pertanian
Organik, Peternakan, dan Pertahanan dan Keamanan Negara.
Pengelolaan bangunan laut, reklamasi, pipa dan kabel bawah laut pada saat
ini masih memerlukan pengendalian. Sebagai contoh dampak pembangunan struktur pantai yang menimbulkan masalah erosi pantai karena
belum
mempertimbangkan kelestarian
sumberdaya pesisir. Contoh lain adalah pemanfaatan offshore
platform/instalasi lepas pantai lainnya yang sudah tidak beroperasi perlu pengaturan lebih lanjut. Selain itu pengaturan penggelaran pipa.dan kabel bawah laut masih memerlukan sinkronisasi antar pihak-pihak terkait
dengan memperhatikan tata ruang wilayah laut secara komprehensif.
2.
Pemanfaatan Ekstraktif
Pengambilan manfaat sumberdaya perairan
khususnya laut terbagi atas
pemanfaatan ekstraktif dan
non
ekstraktif.
Pengambilan
manfaat dengan cara mengambil sumberdaya dikenal dengan
istilah pemanfaatan ekstraktif,
sedangkan pengambilan manfaat non-ekstraktif tidak
dilakukan dengan mengambil
sumberdaya, tetapi memanfaatkan nilai-nilai dan fungsi yang
diberikan oleh sumberdaya tersebut, (CTC, 2016).
Pemanfaatan ekstraktif terhadap sumberdaya laut
antara lain penambangan minyak, gas dan mineral, pengambilan batu karang pengambilan pasir dan sebagainya. Pemanfaatan dengan
mengambil sumberdaya yang umum kita
kenal
di
antaranya penangkapan ikan, udang,
kerang, kepiting, lobster, teripang dan segala biota perairan, termasuk penebangan pohon mangrove. Selain
itu budidaya perairan seperti budidaya ikan, budidaya mutiara, budidaya rumput laut dan jenis budidaya laut lainnya. Hal yang paling mudah dikenali dari kegiatan pemanfaatan ekstraktif adalah jika kegiatan
pemanfaatan tersebut mengambil sumberdaya laut
maka hal tersebut adalah kegiatan ekstraktif,
terlepas dari apakah sumber asal
(benih) atau terdapat
bagian proses dari
sumberdaya yang diambil tersebut berasal dari
daratan.
3.
Pemanfaatan Non-Ekstraktif
Pemanfaatan sumberdaya yang ada di laut
tidak
selalu dengan
cara mengambil sumberdaya yang dibutuhkan
tersebut. Terdapat berbagai jenis pemanfaatan sumberdaya dengan cara mengambil manfaat dari nilai-nilai dan
fungsi yang diberikan sumberdaya tanpa mengambil sumberdaya tersebut. Pemanfaatan
jenis itu dikenal dengan pemanfaatan non-ekstraktif. Berikut beberapa contoh jenis-jenis
pemanfaatan non-ekstraktif.
o
Pariwisata
Pemanfaatan sumberdaya
laut dalam
bentuk kegiatan pariwisata mengambil manfaat dan fungsi dari nilai-nilai keindahan yang terdapat pada lingkungan laut. Keindahan alam laut dapat diperoleh melalui kegiatan wisata pantai, panorama
pantai, selancar, game fishing, dan selam. Pariwisata laut
atau bahari juga
meliputi kegiatan
berjemur dan berenang di tepi pantai, serta fotografi bawah
laut atau taman laut.
o
Pendidikan Non Ekstraktif
Manfaat berupa ilmu pengetahuan
juga
bisa diperoleh dari laut melalui kegiatan pendidikan tanpa mengambil sumberdaya yang ada.
o
Tempat Acara Sosial
Laut juga bisa menjadi tempat untuk
acara sosial seperti di berbagai tempat di
nusantara. Kegiatan sosial tersebut lebih dominan aktivitas budaya masyarakat lokal
seperti di
Jawa, Bali
dan sebagian Sulawesi.
Aktivitas
budaya tersebut
misalnya melepas sesajen ke laut atau perayaan acara adat tertentu. Selain itu
acara sosial lainnya yang memanfaatkan laut di antaranya perlombaan dayung atau lomba perahu dan sebagainya.
o
Olahraga Air
Hal menarik
lainnya yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat terhadap laut
adalah olahraga air. Berbagai jenis olahraga
air yang sekaligus menjadi bagian
dari kegiatan wisata bahari seperti water scooter, seabob, sausage
boat, banana boat, water tricycle, wind surfing, surfboarding, paddle board, parasiling, kayaking.
o
Perhubungan Laut
Pemanfaatan laut untuk
perhubungan merupakan pemanfaatan yang paling dominan terjadi di laut karena daratan
satu pulau dengan
pulau lain
dihubungkan oleh laut. Pemanfaatan media air laut ini tidak mengambil
sumberdaya air laut itu sendiri. Perhubungan laut dilakukan
oleh mesyarakat dengan menggunakan sampan, perahu maupun kapal dalam ukuran
yang bervariasi. Laut dimanfaatkan fungsinya sebagai alur pelayaran agar masyarakat bisa terhubung dengan daerah lainnya untuk memenuhi berbagai
kebutuhan.
o
Penelitian Non-Ekstraktif.
Laut menyimpan
berbagai pengetahuan
baik
yang sudah tergali maupun
yang masih terpendam. Karena itu penelitian
tentang hal yang berhubungan dengan
laut terus dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian baik dari perguruan tinggi,
maupun lembaga penelitian lainnya. Di antara penelitian tersebut ada yang jenis
penelitian
yang hanya menggunakan laut
sebagai objek penelitian tanpa mengambil sumberdaya apapun dari laut, penelitian ini termasuk
jenis kegiatan yang non-ekstraktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar